Showing posts with label Serbia. Show all posts
Showing posts with label Serbia. Show all posts

Monday, 22 November 2010

The Prayer of St. Nikolai of Orhid and Zica , Bishop Nikolai Velimirovic


 chanted by: Pirg choir - Molitva  from the album " Zemlija Sv.Simeona"

The prayer / Molitva from Youtube 




The Prayer of St.Nikolai of Orchid and Zica in original Serbian

Gospode,
Ti koji gledas u srce covecije, 

dusu moju ocisti od otrova,
od mrznje, sujete i gordosti, 

od vatre pohote i jarosti,
izbavi mene Svemocni!

Gospode,
Tvoja je rec mac iskovan od istine, 

jim prekini lance mojih okova,
zlobe i prevare i zavisti, 

iz blata moje ljudske nemoci,
izbavi mene Svemocni!

Sila je tamo gde si Ti, 

Pravda je tamo gde si Ti,
zivot je tamo gde si Ti,

Boze Svemocni!




Prayer in Indonesian

Tuhanku,
Engkau yang melihat hati manusia, 
bersihkan jiwaku dari racun kebencian,
kesombongan dan kebanggaan, 
dari api nafsu dan murka,
Ya Almasih selamatkanlah aku!

Tuhan
ku,
Firman-Mu
adalah pedang yang ditempa dari kebenaran,  
putuskan rantai-rantai penipuan,  
kebencian dan iri hati, 
dari lumpur kelemahanku
Ya Almasih selamatkanlah aku!


Kekuatan ada di mana Engkau berada, 

keadilan ada di mana Engkau berada,
dan hidup ada di mana Engkau berada,
Engkaulah Tuhan Yang Maha Kuasa!




Prayer in English

Lord,
Thou art looking into the hearts of men, 

cleanse my soul  from  toxins of hatred,
vanity and pride, 
from the fire of lust and wrath,
Almighty save me!

Lord,
Thy word is a sword forged from the Truth, 

release me  from the chains of fraud , 
malice and envy, 
from the mud of my human helplessness,
Almighty save me!

The Strength  is only be with Thee, 

The Justice  is only be with Thee,
The life is only be with Thee, 

Thou art God Almighty!


Sv. Vladika Nikolaj Velimirovic

 Our Father among the Saints, bishop of Zica in Serbia

( January 5, 1880 - March 18, 1956 )

St. Nikolai of Ohrid and Zica, pray for us!

Tuesday, 9 November 2010

Satu Hektar Langit di Kovilje Serbia ( An Acre of Sky in Kovilje Serbia )

Mengkisahkan seorang biarawan muda yang bersahabat dengan alam dengan cinta sejatinya ia menyayangi seluruh binatang yang ada disekitar biara, meskipun pada akhirnya ia harus berpisah dengan binatang-binatang yang ia sayangi.



Biarawan muda Serbia dengan serigalanya


Seorang  biarawan muda dari Serbia, Fr. Amvrosije, pindah ke monastery Kovilje setelah selama 200 tahun  terlantar dan TIDAK ADA SEORANG PUN merawat tempat suci umat Kristen Orthodox ini. Di sekitar monastery ini  banyak terdapat binatang-binatang liar yang pada akhirnya menjadi sahabat biarawan muda ini.   

Ia mengadopsi bayi serigala yang baru berumur 15 hari  dan menamainya Alfa…. Menurut penduduk sekitar, serigala itu memang selalu menghidar jika ada orang tetapi ketika hanya ada biarawan itu dia selalu menghampirinya… penduduk lainnya mengatakan bahwa tidak pernah melihat keajaiban seperti ini sebelumnya dan percaya bahwa ini adalah kuasa Tuhan…. Persahabatan antara sang biarawan dengan serigala itu selama 10 bulan …..sampai suatu ketika  lembaga pemerintah mengambil serigala itu darinya!

A young Serbian monk Fr. Amvrosije, who moved to Kovilje monastery after 200 years of NO ONE maintaining this holy place where there is only wild animal friends... he adopted the wolf when she was only 15 days old This is their friendship after 10 months…Monk named her Alfa – he was saying that she is bit skittish from people but when they are alone she is cuddly with him …other man was saying that he never see this miracle before saying that this is only Gods work...... until the government took her to the asylum!

 Fr. Amvrosije, 29 tahun,   
biarawan muda dari monastery Kovilje

Pada suatu masa, ada banyak biarawan tinggal dan melayani di Biara Kovilje, sebuah daerah terpencil terletak di kaki sebuah Gunung Javor di Serbia tengah. Ini adalah biara Ortodoks Serbia sejak abad ke-12 yang terdapat dua gereja gua, yaitu Gereja Malaikat Gabriel dan Gereja St Nicholas, bahkan biara ini dahulu merupakan tempat sekolahan pada waktu lampau. Tetapi saat ini setelah 200 tahun tidak terawat, ada satu biarawan datang berdoa dan melayani di sini, di biara kuno memancarkan kedamaian, terselubung dalam keindahan alam.
At one time, there were many monks in Kovilje Monastery, situated at the foot of a spectacular Javor Mountain in central Serbia. The 12th century Serbian Orthodox monastery with two cave churches, Church of St. Archangel Gabriel and St. Nicholas Church, even housed a school in the old times. Today, there is only one monk praying and serving here, in the ancient ascetic monastery exuding ethereal peace, shrouded in nature’s opulence.

 Alfa – serigala cantik yang dipelihara oleh  Fr.Amvrosije sejak bayi

Sejak siaran televisi Serbia
menyiarkan sebuah film dokumenter tentang kepala biara muda ini dengan serigalanya dengan panggilan Alfa, cerita ini telah menyebrangi perbatasan Serbia keseluruh Negara, dan puluhan ribu orang telah melihat video documenter TV Serbia ini melalui situs You Tube : “Monah I Vuk” – (Biarawan dan Serigala )
"Saya bukan orang suci, atau pekerja yang melakukan keajaiban ," Fr. Amvrosije mengatakan kepada wartawan Politika.
"Seluruh cerita itu  telah disalahpahami:  Saya bukan penjinak  hewan, tetapi  semuanya ini karena binatang-binatanglah yang telah menerima kehadiran saya. Melalui persahabatan saya dengan mereka, saya mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan saya. Ada beberapa hal yang saya tidak bisa menjelaskan, hal-hal yang tidak dapat dimasukkan kata-kata ", katanya.

Ever since Serbian television broadcast a documentary about the devout young hieromonk, the story about Hegumen Amvrosije (Alimpijević) and his “pact with wolves” had crossed Serbian borders, and tens of thousands of people have seen YouTube videos of him with the female wolf Fr. Amvrosije calls Alpha.” Monah I Vuk” ( The Monk and The Wolf )

“I am neither a saint, nor a miracle-worker,” Fr. Amvrosije told Politika reporter.
“The whole story was misunderstood: it is not me taming the animals, it is they who have accepted me. Through my friendship with them, I am getting the answers to some of my questions. There are some things I can’t explain, things that can’t be put to words”, he said.

Biarawan bercanda dengan "sahabatnya"


Tersentuh Cinta Allah ( Wounded by God’s Love )

 
Monasteri Kovilje setelah kosong selama 200 tahun


Sangat sedikit orang yang mengunjungi biara Kovilje. Kesunyian yang suci mengelilingi biara tua ini menyebar ke gua batu hanya terdengar suara burung, air mengalir melalui anak sungai dan lonceng gereja. Fr. Amvrosije mengatakan ia menikmati kesunyian ini  setelah melayani  biara Studenica selama tiga setengah tahun
"Ketika di biara Studenica saya biasa memandu  hampir 20 bis pengunjung setiap harinya. Pada malam hari, ketika aku ke kamar  saya dan menutup mata saya, ketika saya mengingat saat itu  ... saya sadar di sana bukan  tempat untuk saya, dan saya telah menemukan kedamaian di sini, "kata Fr. Amvrosije.

Biarawan muda ramah  yang baru berusia 29 tahun yang berpendidikan tinggi ini telah  memilih hidup ramah panggilan lazim untuk generasinya.
"Biarawan adalah orang  tersentuh kasih Allah. Saya pergi ke biara ketika saya berumur 20-tahun dan saya akan melakukan hal yang sama lagi ", katanya kepada wartawan saat menjamu  kopi dan Slivovitz, brendi Serbia. 


Very few visitors come to Kovilje Monastery. The hallowed silence surrounding the old shrine spreading into the rock cave is interrupted only by the sound of birds, water rushing through creeks and church bells. Fr. Amvrosije said he enjoys the solitude after serving in Studenica Monastery for three-and-a-half years.
“In Studenica I was a guide to 20 busloads of visitors a day. In the evening, when I would return to my cell and close my eyes, the faces kept flying by… That is not for me, I have found peace here,” Fr. Amvrosije said.
Highly educated, gracious 29-year-old hegumen chose a life calling atypical for his generation.
“A monk is a man wounded by God’s love. I went to monastery when I was 20-years-old and I would do the same again”, he told reporters while serving them coffee and Serbian brandy, Slivovitz.


Bersahabat dengan seluruh binatang yang tinggal disekitar monasteri



Satu Hektar Langit

Sebuah ponsel adalah satu-satunya koneksi ke seluruh dunia
yang dimiliki oleh Fr.Amvrosije. Ia mengatakan memiliki salah satnya  karena umatnya, tersebar dalam  radius 45 kilometer. Fr. Amvrosije melayani liturgi Kudus, sakramen pernikahan, perayaan Slava dan pemakaman, ia membaptis dan melakukan upacara terakhir di pinggiran gunung Javor  yang termasuk wilayah keuskupan Zica, Kepatriakhan Serbia.
Selain merupakan lulusan theologi, Fr. Amvrosije  juga merupakan lulusan  sekolah tinggi music. Ia memainkan piano dan gitar. Ia mengunjungi keluarganya tiga kali dalam satu tahun. Adiknya , Aleksandar, yang 9 tahun lebih muda merupakan salah satu anggota tim nasional  di Hungaria ketika mengunjungi Fr.Amvrosije berkata:

"Apa ini? Satu hektar  langit?
"
"Ya, satu hektar langit d
engan  gunung dan Gereja pada intinya", jawab Fr. Amvrosije

Sebuah “4wheel drive” dan sepeda motor terparkir di samping depan biara.
“Saya menerima kendaraan ini sebulan yang lalu,  berkat professor Milos Vesin dari Libertyville Amerika yang melihat film documenter mengenai monastery ini. Profesor dan para mahasiswanya mengumpulkan dana untuk transportasi saya di pegunungan ini,” jelas Fr.Amvrosije.
Sebelum adanya kendaraan ini, Fr. Amvrosije biasa mengunjungi umatnya dengan berjalan kaki, melintasi puluhan mil dalam cuaca yang keras, yang mungkin medan ini hanya cocok untuk sang serigala yang menemaninya.

A mobile phone is his only connection to the world. He says he must have one because of his parishioners, scattered through a 45-kilometer radius. Fr. Amvrosije serves the Holy Liturgies, officiates at marriage sacraments, Slava celebrations and funerals, he baptizes and performs the last rites on the outskirts of Javor Mountain, which belongs to Serbian Orthodox Žiča Diocese.
In addition to theology, Kovilje hegumen also graduated at the music college and plays piano and guitar. He sees his family members three times a year. His 9 years younger brother Aleksandar plays football in Hungary. When he visited Fr. Amvrosije in Kovilje Monastery, he said:
“What is this? An acre of sky?”
“Yes, an acre of sky and mountain with Church at its heart”, Fr. Amvrosije responded.
A 4-wheel-drive and a motorcycle are parked next to monastic quarters. “I received the 4-wheel-drive and a bike as a gift a month ago, thanks to the RTS documentary theology professor Milos Vesin from Libertyville in United States had seen. Professor, his students and parishioners have collected money to provide me with transportation in these roadless mountains,” Fr. Amvrosije said.
Before the generous gift from American Serbs, Fr. Amvrosije was visiting his parishioners on foot, often crossing dozens of miles in harshest weather, suitable only for wolves which are befriending the young priest.


 Pemandangan “Satu Hektar Langit”  di Kovilje Serbia


Intisari Cinta  
Ketika reporter Politka bertanya apakah mungkin mereka dapat melihat Alfa sang serigalanya, Biarawan Kovilje ini  bersiul beberapa kali dan akhirnya sang serigala yang indah itu muncul dari belakang tumpukan kayu namun tetap menjaga jarak dengan mengintari mereka.
"Dia tidak akan mendekati siapapun dan tidak ada yang bisa menyentuhnya selain saya, ini sangat alami, karena saya membawa dia," Fr. Amvrosije menjelaskan, sebagai serigala akan  mengelilingi para penyusup” yang mencurigakannya dengan hati-hati.
"Dia
baru 15-hari ketika mereka menemukan dan membawanya kepada saya, dia baru saja membuka matanya. Saya memberinya makan setiap empat jam, pertama dengan susu, kemudian dengan daging giling. Saya memberinya nama Alfa.  “

When Politka reporter asked if it was possible to see his famous female wolf Alpha, Kovilje hegumen whistled few times and a beautiful timber wolf sneaked up behind them, but kept its distance in the presence of outsiders.
“She will not approach anyone and no one can touch her except me, which is only natural, because I brought her up,” Fr. Amvrosije explained, as the wolf cautiously circled around the suspicious intruders.
“She was only 15-days-old when they brought her to me, she had just opened her eyes. I was feeding her every four hours, first with milk, then with ground meat. I gave her the name Alpha.”

 Alfa dan Fr. Amvrosije
 – “Hewan selalu memberi kita lebih dari apa yang mereka terima…”


"Saya punya serigala lain sebelumnya, dia juga betina, tapi saya tidak membawanya ke biara karena dia sangat liar.   Dia sekarang berada…. di dalam penangkaran hewan di Cacak, "jelas Fr. Amvrosije.
Selain serigala, Biarawan Kovilje ini juga berteman dengan seekor rubah, yang hanya datang pada malam hari. "Rubah itu  datang hanya pada malam hari, ia lebih berhati-hati daripada serigala. Saya membawanya menghindari beberapa pemburu di Nis. Saya juga punya elang, ia sepenuhnya jinak, ia tidak akan terbang jauh. Tetapi dia dibunuh oleh pemburu mabuk ... dulu saya selalu khawatir mereka akan membunuh serigala yang pertama ... ", kata Fr. Amvrosije.
Teringat pepatah lama yang mengatakan bahwa "serigala akan berubah bulunya, tetapi tidak pernah sifatnya", Fr. Amvrosije merespon:
"Cinta merubah rambutnya, tetapi tidak pernah intisarinya."

Alpha sekarang berusia 10-bulan dan masih dianggap anak -anak, karena serigala menjadi matang dan dewasa ketika mereka mencapai 2 tahun. Dia memiliki sebuah tempat boks untuk tidur di biara, di mana dia tidur di malam hari ( dia tidak akan menyerang kandang kuda atau ayam penduduk setempat), tetapi pada siang hari ia bebas berkeliaran di hutan.
Biarawan ini juga berteman dengan seekor ular, gagak, kelinci, burung hantu dan burung beo. Dalam sebuah film dokumenter tentang monastery ini, biarawan Amvrosije mengatakan bahwa sebagian besar burung dan binatang yang dibawa oleh umatnya, yang mereka temukan, atau sakit, terluka , kesepian. Fr. Amvrosije merawat, membesarkan dan mengurus mereka, sampai mereka cukup kuat untuk kembali ke kehidupan mereka sendiri. Tetapi dari mereka terus kembali, seperti Alfa, tidak pernah meninggalkan biarawan yang baik hati ini. 

Reminded of an old saying that “the wolf changes hair but never its nature”, Fr. Amvrosije responds:
“Love changes its hair, but never its essence.”
Alpha is now 10-months-old and it is still considered a cub, since wolves become mature and fully grown when they reach 2 years of age. She has her box in the monastery, where she sleeps at night (so she wouldn’t start raiding the local stables and chicken coups), but during the day she is free to roam the woods.
“I had another wolf before, she was also a female, but I didn’t bring up that one, she was wild. We were all going on walks together, but after a while she wouldn’t go to her box, I had to carry her in. She is now in Čačak animal reserve,” Fr. Amvrosije said.
Apart from wolves, Kovilje monk was also befriended by a fox, which only comes by at night.
“The fox comes over only at night, she is more cautious than the wolf. I took her from some hunters in Nis, she was the size of a cup. I also had an eagle, he was entirely tame, he wouldn’t fly away. He was killed by the drunken hunters… I was always afraid they’d kill the wolf first…”, Fr. Amvrosije said.
He had also tamed a snake, a raven, a rabbit, an owl and a parrot. In a documentary about Kovilje Monastery, hegumen Amvrosije said that most of these birds and animals were brought to him by his parishioners, who would find them ill, wounded or deserted. Fr. Amvrosije would nurse them, raise them and take care of them, until they were strong enough to go back to their own. But they kept returning and some, like Alpha, never leave the sight of the kindhearted monk.

 binatang buas pun mencintai orang yang menyayanginya


"Hewan selalu memberi kita lebih dari apa yang mereka terima, mudah untuk mencintai mereka, mereka bermain adil. Hal ini jauh lebih sulit untuk mencintai manusia sebagai mahluk, jauh lebih sulit, hubungan dengan orang-orang yang sangat kompleks. Menjadi manusia, membutuhkan banyak keberanian dan cinta untuk berhubungan dengan sesama, itu adalah perbuatan rohani. Dan kita harus selalu berusaha untuk mencintai sesama dan hidup dalam harmoni dengan mereka.
Sekarang, biarawan Kovilje ini telah dipisahkan dari serigala yang dia pelihara sejak bayi oleh dinas pemerintah, ketika Alpha dibawa ke penangkaran , bersama serigala lainnya. Ketika ditanya apakah dia akan sedih berpisah dengan teman kecil nya itu, Fr. Amvrosije berkata:
"Kita harus memberikan kebebasan kepada setiap yang kita cintai, karena itu adalah cinta sejati. Kita manusia kadang butuh waktu untuk memahami hal itu, tapi kita belajar secara perlahan untuk memahaminya. "

 “There is a pitfall there,” he explains. “Animals always give us back more than they receive, it is easy to love them, they play fair. It is much harder to love men, much more difficult, relations with people are very complex. So one can start shying away from people, getting secluded and isolated. Being with people, relating to people takes a lot of courage and love, it is a spiritual feat . But we must strive to love people and live in harmony with them.”
Now, Kovilje hieromonk has been separated from his wolf, when Alpha gets transported to the asylum, with other wolves. Asked if he would be sad without his friend, Fr. Amvrosije said: 
“One has to give freedom to those he loves, that is the true love. Us humans have a hard time coming to terms with it, but we are slowly learning.”



Onom koga volis moras dati slobodu... To je prava ljubav! Tesko mi, ljudi, to shvatamo, ali se ucimo...polako!

( Mencintai seseorang harus memberikan kebebasan….inilah cinta sejati! Sulit bagi saya, bagi orang-orang, untuk memahaminya, tetapi kita belajar untuk memahaminya secara perlahan! )

Monday, 8 November 2010

Petition of " The Monk and The wolf " Return the wolf Alfa back to Kovilje


  The wolf Alfa 



To the Serbian Orthodox Church  
SERBIAN ORTHODOX CHURCH
Belgrade
Information Service of the Serbian Orthodox Church
11000 Belgrade, Kralja Petra no.5  


Dear  Sirs,
We are kindly asking you to help give back to this wolf her freedom and let her return to the Monastery of Kovilje.  We do appreciate that the fate of a wolf may not be an issue of high priority on your agenda.  However, there are times when seemingly little things can be larger than those that outwardly appear to be of  much greater importance. 
Relative to our own views, things bear the significance that we ascribe to them.  But for someone else, whose fate is at stake, it can mean a whole lifetime, which can be joy or misery, depending on one single decision, seemingly unimportant, but of immense bearing.  The greatness of man is the ability to grasp the future, one’s own and of others, and to bring joy into both.
Thank you so much and God bless you.






"Monah i Vuk ( The Monk and the Wolf)  " PETITION
Please sign in this petition by clicking the link below:
THE MONK AND THE WOLF PETITION ( MONAH I VUK ) 



Wednesday, 3 November 2010

Kovilje Monastery in Serbia





Kolvije monastery built in 12 century


Kovilje Monastery (Манастир Ковиљe), dedicated to Archangel Gabriel, is a monastery of the Serbian Orthodox Church, located in the village of Kovilje, in the municipality of Ivanjica, in south-west Serbia belonging to the Žiča Diocese. It is sited between Golija and Javor mountains, in the Nošnica river valley. The monastery has two churches, one built partly in a cave and dedicated to the Archangel Gabriel, the other, added later, dedicated to St. Nicholas.
The monastery was founded in the 12th century. The first written reference to it is in 1606, in the "Kruševačkom Pomeniku". It was rebuilt in 1644 by Archbishop Gavrilo (Rašković). Records from 1733 mention it as an educational establishment.
The hegumen of the monastery is the young Serbian Orthodox Hieromonk Amvrosije. He lives there by himself with his tamed animals of two wolves, a fox, an eagle, a snake, raven, rabbit and an owl.. The life of the monastery has been documented in the Serbian documentary "Monah i vuk" (Monk and the wolf ).



Biara Kovilje (Манастир Ковиљe), didedikasikan untuk Malaikat Gabriel, adalah biara Gereja Ortodoks Serbia, yang terletak di desa Kovilje, di kota  Ivanjica,  selatan-barat Serbia milik Keuskupan Žiča. Biara ini berada dilokasi antara Golija dan pegunungan Javor, di lembah sungai Nošnica. Biara memiliki dua gereja, yang dibangun sebagian dalam sebuah gua dan didedikasikan untuk malaikat Gabriel, yang lain didedikasikan untuk St Nicholas.

Biara ini didirikan pada abad ke-12. Referensi tertulis pertama
mengenai biara ini  tahun 1606, dalam buku  "Kruševačkom Pomeniku". Biara ini dibangun kembali tahun 1644 oleh Uskup Agung Gavrilo (Rašković). Catatan dari tahun 1733 menyebutkan bahwa biara ini juga merupakan  sebuah lembaga pendidikan pada masa itu.

Igumen biara Kovilje adalah kepala biara Ortodoks Serbia muda bernama Amvrosije. Dia tinggal di sana seorang diri dengan hewan peliharaannya dua serigala, rubah, elang, sebuah, ular gagak, kelinci dan burung hantu. Kehidupan biara ini  didokumentasikan dalam film dokumenter Serbia "Monah i Vuk"(Biarawan dan Serigala ).


Igumen Ambrosije dan Alfa - serigala yang diadopsinya sejak umur 15 hari

Friday, 7 May 2010

"The Saint who walks" - Father of Serbia Patriach Pavle



"The Saint Who Walks"
"I am said to be leading the Serbs into a war for the preservation of Great Serbia.
However, if the preservation of Great Serbia requires crime -- I refuse it, may Great Serbia be gone.
If the preservation of little Serbia requires crime -- again, I refuse it, may little Serbia be gone.
If the preservation of even a single Serb requires crime -- again, I refuse it, may all of us be gone."

Lahir pada tanggal 11 September 1914 , beliau telah ditakdirkan menjadi pemimpin rohani seluruh orang Serbia Orthodox, beliau lahir di desa Kucani distri Donji Miholjac,  Slavonija, yang pada saat itu merupakan bagian kekaisaran Austro Hungaria, yang kini Kroasia.

Nama baptisnya adalah Goyko, lahir dari orang tua bernama Stefan dan Ann Stojcevic. Ia dibesarkan oleh bibinya yang memberinya pendidikan yang sangat baik.
Selama Perang Dunia II, ia harus melarikan diri ke rumah masa kecilnya, dan mencari perlindungan di biara Tritunggal Mahakudus di Ovcar. Dia kemudian mengambil kaul monastik di Biara Blagovestenje juga di Ovcar, di mana ia mengambil nama monastik Pavle (Paul).


Ia terpilih  menjadi Uskup Ras dan Prizren ( yang mencakup seluruh Kosovo ) pada tahun 1957 dan memegang posisi tersebut selama 33 tahun sebelum terpilih menjadi Patriarch tahun 1990





Patriarch Pavle was deply pained by the Mammonic spirit that became dominant in Serbia in the aftermath of the collapse of communism: “I wish I could stand and beg outside the banqueting halls and other gathering venues of the rich, beg for our poor brothers and sisters and their children. We should actively shame those who sink into arrogant greed so openly, instead of expressing our anguish behind closed doors.” His proverbial modesty was reflected in his use of public transport and dislike of chauffeur-driven cars. During the Assembly of Bishops in 2006 he walked our of the Patriarchate and saw a long line of shiny black Mercedes-Benz, Audi and BMW cars parked outside the building. “Who do these belong to?” Pavle asked his secretary. “Em, to the Bishops who came to the Assembly, Your Grace.” “I only wonder,” the Patriarch commented, “what would they have driven if they had not taken the vow of poverty…”
Serbia was blessed with several politically astute Patriarchs in some critical moments of its history, notably Arsenije III (Charnojevich) at the time of the Turkish wars and Great Migration of 1690, and Gavrilo (Dozhich) during World War II.
+Patriarch Pavle , Metropolitan Christopher of Libertyville, IL St. Sava Monastery, 
+pokojni Bishop Stefan of Zica; behind the Patriarch is Bishop Irinej of Nis, the CURRENT Patriarch

Patriarch Pavle belonged to a different tradition. He was a mystically prayerful monk, rather than a sanguine Prince of the Church. He was a Patriarch who blended, harmoniously, three key functions of his throne: that of the father, of the priest, and of the prophet. He understood, and lived, the legacy of Prince Lazar, martyred at Kosovo in 1389: “The Kingdom on Earth is but paltry and small; yet the Kingdom of Heaven is forever and knows no bounds.


Testimony for the fallen in sleep +Patriarch Pavle from Ecumenical Patriarchate of Constaninople:

"His face and appearance were radiant with holiness and righteousness. He was a true monk, a man of endless prayers, kind and calm but also a fighter who does not back down and is ready for any sacrifice when needed."
"People of Serbia, begin weeping, sobbing bitterly and expressing your sorrow according to his merit, a theologian of broad knowledge, a merciful, peaceful man of open views." 
Patriarch Batholemew I  


 Some pictures of the funeral + Patriarch Pavle








"Patriarch Pavle's death is no reason to be sad because the Patriarch always had sought to reach out to God. He has been more in heaven than on earth. The Serbian people now have someone to represent them before God better than anyone else."  


 + Patriarch Pavle
(1914-2009)

"Let us guard against inhumans, 
but let us guard even more against becoming inhuman ourselves." 
+ Patriarch Pavle

Patriark Pavle: Seorang Santo Yang Berjalan Kaki

oleh Danny Abbott

Umat Kristen Orthodox kehilangan seorang uskup yang tak kenal takut dengan kematian Patriark Pavle pada tanggal 15 November, pemimpin dari Gereja Orthodox Serbia yang memimpin sekian lamanya. Seorang dengan kerendahan hati luarbiasa dan suara yang tak kenal lelah mendengungkan perdamaian di Balkan, ia dikenal luas oleh sebangsa dan setanah airnya, bangsa Serbia, dan banyak yang lainnya sebagai seorang santo yang hidup.

Lahir dengan nama Gojko Stojcević di Kroasia, dan telah menjadi yatim piatu, ia diasuh oleh bibinya. Ia lulus dari sebuah gymnasium (sekolah senam) di Belgrade, kemudian kuliah di seminari Sarajevo. Pada masa Perang Dunia II, ia mengungsi di Biara Tritunggal Mahakudus Ovcar. Setelah perang itu, ia bekerja sebagai pekerja konstruksi di Belgrade, kemudian memasuki kehidupan monastik di biara Blagoveštenje di Ovcar dimana ia memakai nama Pavle. Ia mengajar di Seminari Prizen, kemudian pergi ke Athena mempelajari Perjanjian Baru dan Liturgi selama dua tahun, dan menulis begitu banyak hal yang terkait dengan Liturgi.

Pada tahun 1957, ia ditahbis arkhimandrit dan berikutnya di tahun itu dikonsekrasi sebagi uskup Keuskupan Raška and Prizen. Di masa ini, ia mulai berbicara mengenai munculnya masalah di wilayah Balkan dan kondisi buruk yang terjadi di Kosovo. Pada tahun 1990, ia menjadi Patriark. (lembaran-lembaran kertas berisi nama-nama dari tiga calon diletakkan di atas altar. Dua tertiup pergi [dia saja yang tersisa; dengan demikian dia terpilih]).

Satu dari sekian banyak tanda keketatannya pada komitmennya untuk kehidupan asketis adalah penolakannya untuk memiliki atau menggunakan mobil. Ia menegaskan bahwa ia akan memiliki mobil pribadi hanya setelah dia menjadi orang yang terakhir di Kosovo yang tidak punya mobil. Hasilnya, ia seringkali disebut sebagai “santo yang berjalan kaki.” Sebagai Patriark, Pavle seringkali terlambat untuk mengunjungi paroki karena ia bersikeras untuk memakai bis.

Pada tahun 1989, di saat hubungan antara etnis Albania dan Serbia bertambah tegang, ia didera oleh sekelompok orang Albania dan diopname beberapa bulan lamanya. Ia menolak untuk menuntut balik para penyerang itu.

Di tahun-tahun penuh konflik yang buruk di Balkan, tekanan pihak barat, yang mengabaikan kata-kata dan tindakan Pavle, seringkali menuduhnya tidak mampu mengatasi nasionalisme bangsa Serbia yang tak terkendalikan.

“Jikalau kita hidup sebagai umat Allah,” katanya dalam sebuah pernyataan yang tidak dipublikasikan secara luas, “ada ruang bagi semua bangsa di Balkan dan di dunia. Jika kita menyamakan diri kita dengan Kain yang membunuh adiknya Habel, maka segenap dunia ini akan sangat kecil bahkan untuk dua orang. Tuhan Yesus Kristus mengajar kita untuk senantiasa menjadi anak-anak Allah dan mengasihi sesama manusia.”

Keinginan Pavle bagi perdamaian antar etnis di wilayah Balkan jelas dan nyata kepada semua yang mengenal atau yang bertemu dengannya. Ketika Jim Forest, sebagai sekretaris dari Persahabatan Damai Orthodox, pertama kali bertemu dengannya pada tahun 1994, Pavle mengingat kembali persahabatannya yang langgeng bersama dengan orang Yahudi dan Muslim di masa mudanya, secara khusus ketika ia tinggal di Sarajevo. Ia menegaskan kesediaannya “kapanpun itu” untuk bertemu dengan siapa saja yang dapat membantu membawa Balkan “satu sentimeter lebih dekat kepada perdamaian.”

Sementara ada imam bangsa Serbia yang menjadi partisan dalam konflik yang memecah Yugoslavia, Pavle tidak pernah memaafkan atau mengesahkan siapa saja untuk ikut serta dengan kelompok manapun yang mencucurkan darah atau perkenanan dukungan imam manapun pada senjata siapapun itu. Ia menyatakan pada tahun 1995, “berkenaan pada kejadian yang tiada henti terjadi pada republik-republik pecahan Yugoslavia, perkenaan atas senjata hanya dapat dianggap atau diterima sebagai dukungan penggunaan senjata dalam sebuah perang fratricidal.

Pada sebuah kesempatan ia melanggar tradisi kenetralan (ketakberpihakan) Gereja berkenaan pada masalah pemerintahan dengan terang-terangan menentang Milošević.

Di awal tahun 90-an, Vuk Drašković, kini menjabat Wakil Perdana Mentri Serbia, adalah diantara politisi-politisi pertama Serbia yang menyalahkan pemerintahan Milošević sebagai kejahatan perang. Ia dan istrinya dianiaya dengan sangat keji dan dipenjarakan karena pendirian mereka. Pada tahun 1993, Pavle menulis surat kepada Milošević meminta pembebasan Drašković’. Pada tahun 1997, sang Patriark memimpin suatu barisan anti pemerintah, yang mencegah serangan polisi pada pemrotes para pelajar.

Tahun 2000, Pavle menyerukan kepada Slobodan Milošević untuk mundur. Segera setelah pemerintahan pimpinan Milošević digeser dari kekuasaan, Pavle disambut pemerintahan baru.

Kontribusi Patriark Pavle kepada Gereja Orthodox tak terkira banyaknya. Jumlah bahan yang ia tulis pada berbagai topik seperti liturgi dan pesta-pesta perayaan tersebar dalam berbagai buku. Selain itu, ia mengawasi sebuah penterjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Serbia tahun 1984. Ia mampu merekatkan kembali skisma Gereja Serbia dengan Gereja Orthodox Serbia Bebas dan tanpa kenal lelah berupaya untuk merekatkan skisma dengan Gereja Orthodox Makedonia.

Dua tahun kehidupan Pavle yang tersisa dilewatkan di rumah sakit sementara tugas-tugasnya dijalankan oleh Metropolitan Amfilohije. Kematian Patriark Pavle diikuti oleh masa berkabung nasional selama tiga hari.

Setelah kematiannya, ucapan belasungkawa dikirim oleh Paus Banediktus, para pemimpin Yahudi dan Muslim, dan para pemimpin yang mewakili segenap dunia Orthodox. Patriark Bartholomeus dari Konstantinopel berkata: “Tak seorangpun di era hiruk pikuk ini yang berbicara begitu lembut dan yang didengarkan begitu luasnya sebagaimana dia. Tak seorangpun yang berbicara sedikit namun mengatakan lebih. Tak seorangpun di abad penuh hayal kita ini yang meramu kebenaran dengan kelembutan seperti dia.”

Danny Abbott menerima gelar hukumnya dari Universitas Arkansas. Ia adalah anggota dari Gereja Kristen Orthodox St. Elizabeth Martir Baru di Murfreesboro Tennessee.