Mengkisahkan seorang biarawan muda yang bersahabat dengan alam dengan cinta sejatinya ia menyayangi seluruh binatang yang ada disekitar biara, meskipun pada akhirnya ia harus berpisah dengan binatang-binatang yang ia sayangi.
Biarawan muda Serbia dengan serigalanya
Seorang biarawan muda dari Serbia, Fr. Amvrosije, pindah ke monastery Kovilje setelah selama 200 tahun terlantar dan TIDAK ADA SEORANG PUN merawat tempat suci umat Kristen Orthodox ini. Di sekitar monastery ini banyak terdapat binatang-binatang liar yang pada akhirnya menjadi sahabat biarawan muda ini.
Ia mengadopsi bayi serigala yang baru berumur 15 hari dan menamainya Alfa…. Menurut penduduk sekitar, serigala itu memang selalu menghidar jika ada orang tetapi ketika hanya ada biarawan itu dia selalu menghampirinya… penduduk lainnya mengatakan bahwa tidak pernah melihat keajaiban seperti ini sebelumnya dan percaya bahwa ini adalah kuasa Tuhan…. Persahabatan antara sang biarawan dengan serigala itu selama 10 bulan …..sampai suatu ketika lembaga pemerintah mengambil serigala itu darinya!
A young Serbian monk Fr. Amvrosije, who moved to Kovilje monastery after 200 years of NO ONE maintaining this holy place where there is only wild animal friends... he adopted the wolf when she was only 15 days old This is their friendship after 10 months…Monk named her Alfa – he was saying that she is bit skittish from people but when they are alone she is cuddly with him …other man was saying that he never see this miracle before saying that this is only Gods work...... until the government took her to the asylum!
Fr. Amvrosije, 29 tahun,
biarawan muda dari monastery Kovilje
Pada suatu masa, ada banyak biarawan tinggal dan melayani di Biara Kovilje, sebuah daerah terpencil terletak di kaki sebuah Gunung Javor di Serbia tengah. Ini adalah biara Ortodoks Serbia sejak abad ke-12 yang terdapat dua gereja gua, yaitu Gereja Malaikat Gabriel dan Gereja St Nicholas, bahkan biara ini dahulu merupakan tempat sekolahan pada waktu lampau. Tetapi saat ini setelah 200 tahun tidak terawat, ada satu biarawan datang berdoa dan melayani di sini, di biara kuno memancarkan kedamaian, terselubung dalam keindahan alam.
At one time, there were many monks in Kovilje Monastery, situated at the foot of a spectacular Javor Mountain in central Serbia. The 12th century Serbian Orthodox monastery with two cave churches, Church of St. Archangel Gabriel and St. Nicholas Church, even housed a school in the old times. Today, there is only one monk praying and serving here, in the ancient ascetic monastery exuding ethereal peace, shrouded in nature’s opulence.
Alfa – serigala cantik yang dipelihara oleh Fr.Amvrosije sejak bayi
Sejak siaran televisi Serbia menyiarkan sebuah film dokumenter tentang kepala biara muda ini dengan serigalanya dengan panggilan Alfa, cerita ini telah menyebrangi perbatasan Serbia keseluruh Negara, dan puluhan ribu orang telah melihat video documenter TV Serbia ini melalui situs You Tube : “Monah I Vuk” – (Biarawan dan Serigala )
"Saya bukan orang suci, atau pekerja yang melakukan keajaiban ," Fr. Amvrosije mengatakan kepada wartawan Politika.
"Seluruh cerita itu telah disalahpahami: Saya bukan penjinak hewan, tetapi semuanya ini karena binatang-binatanglah yang telah menerima kehadiran saya. Melalui persahabatan saya dengan mereka, saya mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan saya. Ada beberapa hal yang saya tidak bisa menjelaskan, hal-hal yang tidak dapat dimasukkan kata-kata ", katanya.
Ever since Serbian television broadcast a documentary about the devout young hieromonk, the story about Hegumen Amvrosije (Alimpijević) and his “pact with wolves” had crossed Serbian borders, and tens of thousands of people have seen YouTube videos of him with the female wolf Fr. Amvrosije calls Alpha.” Monah I Vuk” ( The Monk and The Wolf )
“I am neither a saint, nor a miracle-worker,” Fr. Amvrosije told Politika reporter.
“The whole story was misunderstood: it is not me taming the animals, it is they who have accepted me. Through my friendship with them, I am getting the answers to some of my questions. There are some things I can’t explain, things that can’t be put to words”, he said.
Biarawan bercanda dengan "sahabatnya"
Tersentuh Cinta Allah ( Wounded by God’s Love )
Monasteri Kovilje setelah kosong selama 200 tahun
Sangat sedikit orang yang mengunjungi biara Kovilje. Kesunyian yang suci mengelilingi biara tua ini menyebar ke gua batu hanya terdengar suara burung, air mengalir melalui anak sungai dan lonceng gereja. Fr. Amvrosije mengatakan ia menikmati kesunyian ini setelah melayani biara Studenica selama tiga setengah tahun
"Ketika di biara Studenica saya biasa memandu hampir 20 bis pengunjung setiap harinya. Pada malam hari, ketika aku ke kamar saya dan menutup mata saya, ketika saya mengingat saat itu ... saya sadar di sana bukan tempat untuk saya, dan saya telah menemukan kedamaian di sini, "kata Fr. Amvrosije.
Biarawan muda ramah yang baru berusia 29 tahun yang berpendidikan tinggi ini telah memilih hidup ramah panggilan lazim untuk generasinya.
"Biarawan adalah orang tersentuh kasih Allah. Saya pergi ke biara ketika saya berumur 20-tahun dan saya akan melakukan hal yang sama lagi ", katanya kepada wartawan saat menjamu kopi dan Slivovitz, brendi Serbia.
Very few visitors come to Kovilje Monastery. The hallowed silence surrounding the old shrine spreading into the rock cave is interrupted only by the sound of birds, water rushing through creeks and church bells. Fr. Amvrosije said he enjoys the solitude after serving in Studenica Monastery for three-and-a-half years.
“In Studenica I was a guide to 20 busloads of visitors a day. In the evening, when I would return to my cell and close my eyes, the faces kept flying by… That is not for me, I have found peace here,” Fr. Amvrosije said.
Highly educated, gracious 29-year-old hegumen chose a life calling atypical for his generation.
“A monk is a man wounded by God’s love. I went to monastery when I was 20-years-old and I would do the same again”, he told reporters while serving them coffee and Serbian brandy, Slivovitz.
Bersahabat dengan seluruh binatang yang tinggal disekitar monasteri
Satu Hektar Langit
Sebuah ponsel adalah satu-satunya koneksi ke seluruh dunia yang dimiliki oleh Fr.Amvrosije. Ia mengatakan memiliki salah satnya karena umatnya, tersebar dalam radius 45 kilometer. Fr. Amvrosije melayani liturgi Kudus, sakramen pernikahan, perayaan Slava dan pemakaman, ia membaptis dan melakukan upacara terakhir di pinggiran gunung Javor yang termasuk wilayah keuskupan Zica, Kepatriakhan Serbia.
Selain merupakan lulusan theologi, Fr. Amvrosije juga merupakan lulusan sekolah tinggi music. Ia memainkan piano dan gitar. Ia mengunjungi keluarganya tiga kali dalam satu tahun. Adiknya , Aleksandar, yang 9 tahun lebih muda merupakan salah satu anggota tim nasional di Hungaria ketika mengunjungi Fr.Amvrosije berkata:
"Apa ini? Satu hektar langit?
"
"Ya, satu hektar langit dengan gunung dan Gereja pada intinya", jawab Fr. Amvrosije
Sebuah “4wheel drive” dan sepeda motor terparkir di samping depan biara.
“Saya menerima kendaraan ini sebulan yang lalu, berkat professor Milos Vesin dari Libertyville Amerika yang melihat film documenter mengenai monastery ini. Profesor dan para mahasiswanya mengumpulkan dana untuk transportasi saya di pegunungan ini,” jelas Fr.Amvrosije.
Sebelum adanya kendaraan ini, Fr. Amvrosije biasa mengunjungi umatnya dengan berjalan kaki, melintasi puluhan mil dalam cuaca yang keras, yang mungkin medan ini hanya cocok untuk sang serigala yang menemaninya.
A mobile phone is his only connection to the world. He says he must have one because of his parishioners, scattered through a 45-kilometer radius. Fr. Amvrosije serves the Holy Liturgies, officiates at marriage sacraments, Slava celebrations and funerals, he baptizes and performs the last rites on the outskirts of Javor Mountain, which belongs to Serbian Orthodox Žiča Diocese.
In addition to theology, Kovilje hegumen also graduated at the music college and plays piano and guitar. He sees his family members three times a year. His 9 years younger brother Aleksandar plays football in Hungary. When he visited Fr. Amvrosije in Kovilje Monastery, he said:
“What is this? An acre of sky?”
“Yes, an acre of sky and mountain with Church at its heart”, Fr. Amvrosije responded.
A 4-wheel-drive and a motorcycle are parked next to monastic quarters. “I received the 4-wheel-drive and a bike as a gift a month ago, thanks to the RTS documentary theology professor Milos Vesin from Libertyville in United States had seen. Professor, his students and parishioners have collected money to provide me with transportation in these roadless mountains,” Fr. Amvrosije said.
Before the generous gift from American Serbs, Fr. Amvrosije was visiting his parishioners on foot, often crossing dozens of miles in harshest weather, suitable only for wolves which are befriending the young priest.
Pemandangan “Satu Hektar Langit” di Kovilje Serbia
Intisari Cinta
Ketika reporter Politka bertanya apakah mungkin mereka dapat melihat Alfa sang serigalanya, Biarawan Kovilje ini bersiul beberapa kali dan akhirnya sang serigala yang indah itu muncul dari belakang tumpukan kayu namun tetap menjaga jarak dengan mengintari mereka.
"Dia tidak akan mendekati siapapun dan tidak ada yang bisa menyentuhnya selain saya, ini sangat alami, karena saya membawa dia," Fr. Amvrosije menjelaskan, sebagai serigala akan mengelilingi para “penyusup” yang mencurigakannya dengan hati-hati.
"Dia baru 15-hari ketika mereka menemukan dan membawanya kepada saya, dia baru saja membuka matanya. Saya memberinya makan setiap empat jam, pertama dengan susu, kemudian dengan daging giling. Saya memberinya nama Alfa. “
When Politka reporter asked if it was possible to see his famous female wolf Alpha, Kovilje hegumen whistled few times and a beautiful timber wolf sneaked up behind them, but kept its distance in the presence of outsiders.
“She will not approach anyone and no one can touch her except me, which is only natural, because I brought her up,” Fr. Amvrosije explained, as the wolf cautiously circled around the suspicious intruders.
“She was only 15-days-old when they brought her to me, she had just opened her eyes. I was feeding her every four hours, first with milk, then with ground meat. I gave her the name Alpha.”
Alfa dan Fr. Amvrosije
– “Hewan selalu memberi kita lebih dari apa yang mereka terima…”
"Saya punya serigala lain sebelumnya, dia juga betina, tapi saya tidak membawanya ke biara karena dia sangat liar. Dia sekarang berada…. di dalam penangkaran hewan di Cacak, "jelas Fr. Amvrosije.
Selain serigala, Biarawan Kovilje ini juga berteman dengan seekor rubah, yang hanya datang pada malam hari. "Rubah itu datang hanya pada malam hari, ia lebih berhati-hati daripada serigala. Saya membawanya menghindari beberapa pemburu di Nis. Saya juga punya elang, ia sepenuhnya jinak, ia tidak akan terbang jauh. Tetapi dia dibunuh oleh pemburu mabuk ... dulu saya selalu khawatir mereka akan membunuh serigala yang pertama ... ", kata Fr. Amvrosije.
Teringat pepatah lama yang mengatakan bahwa "serigala akan berubah bulunya, tetapi tidak pernah sifatnya", Fr. Amvrosije merespon:
"Cinta merubah rambutnya, tetapi tidak pernah intisarinya."
Alpha sekarang berusia 10-bulan dan masih dianggap anak -anak, karena serigala menjadi matang dan dewasa ketika mereka mencapai 2 tahun. Dia memiliki sebuah tempat boks untuk tidur di biara, di mana dia tidur di malam hari ( dia tidak akan menyerang kandang kuda atau ayam penduduk setempat), tetapi pada siang hari ia bebas berkeliaran di hutan.
Biarawan ini juga berteman dengan seekor ular, gagak, kelinci, burung hantu dan burung beo. Dalam sebuah film dokumenter tentang monastery ini, biarawan Amvrosije mengatakan bahwa sebagian besar burung dan binatang yang dibawa oleh umatnya, yang mereka temukan, atau sakit, terluka , kesepian. Fr. Amvrosije merawat, membesarkan dan mengurus mereka, sampai mereka cukup kuat untuk kembali ke kehidupan mereka sendiri. Tetapi dari mereka terus kembali, seperti Alfa, tidak pernah meninggalkan biarawan yang baik hati ini.
Reminded of an old saying that “the wolf changes hair but never its nature”, Fr. Amvrosije responds:
“Love changes its hair, but never its essence.”
Alpha is now 10-months-old and it is still considered a cub, since wolves become mature and fully grown when they reach 2 years of age. She has her box in the monastery, where she sleeps at night (so she wouldn’t start raiding the local stables and chicken coups), but during the day she is free to roam the woods.
“I had another wolf before, she was also a female, but I didn’t bring up that one, she was wild. We were all going on walks together, but after a while she wouldn’t go to her box, I had to carry her in. She is now in Čačak animal reserve,” Fr. Amvrosije said.
Apart from wolves, Kovilje monk was also befriended by a fox, which only comes by at night.
“The fox comes over only at night, she is more cautious than the wolf. I took her from some hunters in Nis, she was the size of a cup. I also had an eagle, he was entirely tame, he wouldn’t fly away. He was killed by the drunken hunters… I was always afraid they’d kill the wolf first…”, Fr. Amvrosije said.
He had also tamed a snake, a raven, a rabbit, an owl and a parrot. In a documentary about Kovilje Monastery, hegumen Amvrosije said that most of these birds and animals were brought to him by his parishioners, who would find them ill, wounded or deserted. Fr. Amvrosije would nurse them, raise them and take care of them, until they were strong enough to go back to their own. But they kept returning and some, like Alpha, never leave the sight of the kindhearted monk.
binatang buas pun mencintai orang yang menyayanginya
"Hewan selalu memberi kita lebih dari apa yang mereka terima, mudah untuk mencintai mereka, mereka bermain adil. Hal ini jauh lebih sulit untuk mencintai manusia sebagai mahluk, jauh lebih sulit, hubungan dengan orang-orang yang sangat kompleks. Menjadi manusia, membutuhkan banyak keberanian dan cinta untuk berhubungan dengan sesama, itu adalah perbuatan rohani. Dan kita harus selalu berusaha untuk mencintai sesama dan hidup dalam harmoni dengan mereka.
Sekarang, biarawan Kovilje ini telah dipisahkan dari serigala yang dia pelihara sejak bayi oleh dinas pemerintah, ketika Alpha dibawa ke penangkaran , bersama serigala lainnya. Ketika ditanya apakah dia akan sedih berpisah dengan teman kecil nya itu, Fr. Amvrosije berkata:
"Kita harus memberikan kebebasan kepada setiap yang kita cintai, karena itu adalah cinta sejati. Kita manusia kadang butuh waktu untuk memahami hal itu, tapi kita belajar secara perlahan untuk memahaminya. "
“There is a pitfall there,” he explains. “Animals always give us back more than they receive, it is easy to love them, they play fair. It is much harder to love men, much more difficult, relations with people are very complex. So one can start shying away from people, getting secluded and isolated. Being with people, relating to people takes a lot of courage and love, it is a spiritual feat . But we must strive to love people and live in harmony with them.”
Now, Kovilje hieromonk has been separated from his wolf, when Alpha gets transported to the asylum, with other wolves. Asked if he would be sad without his friend, Fr. Amvrosije said:
“One has to give freedom to those he loves, that is the true love. Us humans have a hard time coming to terms with it, but we are slowly learning.”
Onom koga volis moras dati slobodu... To je prava ljubav! Tesko mi, ljudi, to shvatamo, ali se ucimo...polako!
( Mencintai seseorang harus memberikan kebebasan….inilah cinta sejati! Sulit bagi saya, bagi orang-orang, untuk memahaminya, tetapi kita belajar untuk memahaminya secara perlahan! )
No comments:
Post a Comment